Ketika Iman Menurun: Memahami Futur dan Jalan Kembali
Setiap insan beriman pasti pernah mengalami masa-masa semangat beribadah yang luar biasa—shalat terasa nikmat, membaca Al-Qur’an begitu menggugah hati, menghadiri kajian menjadi kebutuhan. Namun, tidak sedikit dari kita juga mengalami sebaliknya: rasa malas, lemah semangat, hati yang hampa, bahkan rutinitas ibadah terasa berat. Inilah yang disebut dengan futur.
Apa Itu Futur?
Secara bahasa, futur (فُتُور) berarti lemah setelah semangat. Dalam konteks agama, futur adalah kondisi di mana seseorang mengalami penurunan semangat dalam beribadah dan beramal saleh, setelah sebelumnya rajin dan penuh semangat.
Rasulullah ﷺ menggambarkan kondisi ini dalam sabdanya:
“Sesungguhnya setiap amal itu ada masa semangatnya dan setiap masa semangat ada masa futur. Barang siapa masa futurnya masih dalam sunahku, maka ia mendapat petunjuk. Barang siapa masa futurnya tidak dalam sunahku, maka ia binasa.”
(HR. Ahmad, dinilai hasan oleh al-Albani)
Hadis ini memberi kita harapan sekaligus peringatan. Harapan, karena futur adalah hal yang manusiawi. Tapi juga peringatan, karena jika futur membuat kita keluar dari jalur ketaatan, maka itu bisa menjerumuskan.
Tanda-Tanda Futur
Mungkin tanpa kita sadari, futur telah menyusup ke dalam kehidupan kita. Berikut beberapa tanda-tandanya:
-
Ibadah yang dulu semangat, kini terasa berat
-
Malas membaca Al-Qur’an dan menghadiri majelis ilmu
-
Hati terasa jauh dari Allah
-
Lebih suka hiburan dunia dibanding amal akhirat
-
Cenderung menunda-nunda kebaikan
Futur bisa datang secara perlahan. Ia tidak langsung menjatuhkan, tapi mengikis semangat sedikit demi sedikit, hingga akhirnya seseorang benar-benar kehilangan ruh iman.
Mengapa Futur Terjadi?
Futur bisa terjadi karena banyak sebab, di antaranya:
-
Beban dunia yang menumpuk hingga melalaikan akhirat
-
Tidak menjaga rutinitas ibadah ringan seperti dzikir dan tilawah
-
Kurangnya lingkungan yang mendukung iman dan amal
-
Dosa yang tidak disadari, yang menggelapkan hati
-
Over-ekspektasi dalam amal, terlalu semangat di awal lalu kelelahan
Karena itu, penting bagi seorang Muslim untuk menjaga kestabilan iman, bukan hanya memuncaknya sesaat lalu redup berkepanjangan.
Jalan Kembali dari Futur
Allah Maha Pengasih. Dia membuka jalan bagi hamba-Nya untuk kembali kepada-Nya kapan saja. Jika engkau merasa futur, jangan diam. Bangkitlah, walau pelan.
Berikut beberapa langkah untuk mengatasi futur:
-
Bertobat dan minta pertolongan Allah.
Tak ada yang bisa menguatkan hati selain Dia. Ucapkan istighfar dan mohon agar hati diteguhkan. -
Pertahankan amalan wajib, sekecil apa pun semangatmu.
Jangan tinggalkan shalat. Jangan tinggalkan dzikir. Pegang prinsip: Sedikit tapi konsisten lebih dicintai Allah. -
Kembali ke Al-Qur’an.
Buka kembali mushafmu, walau hanya satu halaman. Al-Qur’an adalah penawar futur yang paling ampuh. -
Cari lingkungan yang menyejukkan iman.
Duduk bersama orang-orang saleh, hadir di majelis ilmu, atau mendengar ceramah dapat membangkitkan kembali ruh spiritual. -
Jangan terlalu keras pada diri sendiri.
Futur bukan akhir dari segalanya. Rasulullah ﷺ juga pernah mengalami masa kesedihan. Maka berikan waktu pada dirimu, tapi jangan berlama-lama dalam keterpurukan.
Penutup: Jangan Takut Jika Engkau Futur
Futur bukan berarti gagal. Yang berbahaya adalah ketika futur membuat kita berhenti berjuang. Iman itu naik-turun. Tapi selama kita sadar dan terus berusaha kembali, maka itu tanda Allah masih menjaga kita.
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ‘Tuhan kami adalah Allah’ lalu mereka istiqamah, maka malaikat turun kepada mereka: ‘Jangan takut dan jangan bersedih hati…’”
(QS. Fussilat: 30)
Futur adalah isyarat untuk rehat sejenak, bukan untuk menyerah. Mari kembali ke jalan Allah, sekecil apa pun langkah kita. Karena yang penting bukan seberapa cepat kita berlari, tapi seberapa istiqamah kita melangkah.