Siti Khadijah Berjuang dari Kaya Hingga Miskin
DAYATULLAHSULBAR.COM, Motivasi – Wanita Terbaik Berjuang dari Kaya Hingga Miskin, dialah Sayyidah Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha, istri pertama Nabi Muhammad ﷺ, memang berjuang untuk Islam dari masa kaya hingga miskin.
Bagaimana penjelasan ringkas tapi mendalam tentang hal itu, mari kita periksa:
1. Sebelum menikah dengan Nabi ﷺ
Siti Khadijah adalah seorang wanita bangsawan Quraisy yang sangat kaya, terpandang, dan berakhlak mulia. Dikenal sebagai “At-Thāhirah” (yang suci) dan seorang pengusaha sukses yang memiliki kafilah dagang ke Syam, Yaman, dan negeri-negeri lain.
Beliau memilih menikah dengan Muhammad ﷺ karena melihat kejujuran, amanah, dan akhlak beliau, bukan karena harta atau status sosial — padahal banyak pria kaya yang melamarnya.
2. Setelah menikah dan turunnya wahyu pertama
Ketika Nabi ﷺ menerima wahyu pertama di Gua Hira, beliau pulang dalam keadaan menggigil dan takut.
Siti Khadijah-lah yang menenangkan hati Nabi, memeluk beliau dan berkata:
“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu. Engkau selalu menyambung silaturahmi, menolong orang lemah, memberi kepada yang miskin, memuliakan tamu, dan menolong orang yang terkena musibah dalam kebenaran.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menunjukkan iman dan keyakinan penuh beliau kepada kerasulan suaminya, bahkan sebelum ada satu pun orang yang beriman.
3. Mengorbankan kekayaan untuk dakwah
Setelah Nabi ﷺ diutus menjadi rasul, kaum Quraisy mulai memboikot dan menindas kaum Muslimin.
Siti Khadijah menggunakan seluruh hartanya untuk: mendukung dakwah Islam secara finansial, menolong kaum Muslimin yang miskin, membiayai kebutuhan Nabi ﷺ dalam berdakwah, bahkan ketika semua jalan ekonomi tertutup.
Ketika boikot Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib berlangsung selama 3 tahun di lembah Abu Thalib, beliau ikut menderita kelaparan dan kesulitan, padahal dulu ia hidup dalam kemewahan.N
Namun beliau tidak pernah mengeluh, tetap sabar dan setia mendampingi Rasulullah ﷺ.
4. Wafat dalam keadaan miskin dan mulia
Siti Khadijah wafat sekitar usia 65 tahun, dalam keadaan seluruh hartanya telah habis untuk perjuangan Islam.
Berikut kisah singkatnya:
Setelah dakwah Rasulullah ﷺ semakin berkembang, kaum Quraisy sangat marah dan khawatir kehilangan pengaruh. Mereka lalu sepakat memboikot seluruh Bani Hasyim dan Bani Muthalib, termasuk Rasulullah ﷺ dan keluarganya, dengan larangan jual beli, menikah, bahkan berbicara dengan mereka. Semua hubungan sosial dan ekonomi diputus.
Pada masa itu, Siti Khadijah yang sebelumnya merupakan wanita terkaya di Makkah, dengan kekayaan besar dari hasil perniagaannya, rela meninggalkan seluruh kemewahannya demi mendampingi Rasulullah ﷺ dalam perjuangan.
Beliau ikut tinggal di lembah sempit itu bersama kaum Muslimin, menanggung lapar dan kekurangan. Makanan dan air sangat sulit didapat, hingga kadang mereka memakan dedaunan kering dan kulit binatang. Meski demikian, Khadijah tidak pernah mengeluh atau menyesal. Ia tetap sabar, setia, dan terus menyemangati Rasulullah ﷺ agar tabah dalam dakwah.
Akibat penderitaan panjang itu, Siti Khadijah jatuh sakit, dan setelah boikot berakhir, beliau wafat tak lama kemudian. Tahun wafatnya dikenal sebagai ‘Amul Huzn — Tahun Kesedihan, karena Rasulullah ﷺ sangat berduka kehilangan istri yang begitu setia dan penuh pengorbanan.
Rasulullah ﷺ tidak pernah melupakan beliau, sering menyebut namanya, mengirim hadiah kepada sahabat-sahabat lamanya, dan menyebut:
“Dia beriman kepadaku ketika orang lain mendustakanku, dia membenarkanku ketika orang lain mendustakanku, dia menolongku dengan hartanya ketika orang lain menahannya.”
(HR. Ahmad dan Hakim)
Siti Khadijah berjuang dari kaya hingga miskin demi Islam. Beliau memberikan: Hatinya, dengan keyakinan kepada Rasulullah ﷺ. Hartanya untuk mendukung dakwah, dirinya untuk setia dalam susah dan senang.
Karena itu, beliau termasuk empat wanita terbaik di surga, bersama Maryam binti Imran, Asiyah istri Fir’aun, dan Fatimah binti Muhammad ﷺ. (bash)

