Dahulukan Kepentingan Orang Banyak

HIDAYATULLAHSULBAR.COM, Opini – Dahulukan kepentingan orang banyak karena dalam kehidupan bermasyarakat, kita kerap dihadapkan pada pilihan antara memenuhi kepentingan pribadi atau mengutamakan kepentingan bersama.

 

Dalam al Qur’an surah Al-Hasyr ayat ke- 9 menyebutkan :

 

وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ

 

“Dan mereka mengutamakan (orang lain) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka juga memerlukan (apa yang mereka berikan itu).”

 

Ayat ini berbicara tentang kaum Anshar yang mendahulukan kepentingan Muhajirin di atas kepentingan mereka sendiri. Ini jadi teladan nyata sikap mengutamakan kepentingan bersama.

 

Tidak jarang, kepentingan pribadi terasa lebih mendesak, namun sesungguhnya keberlangsungan hidup berjamaah hanya dapat terjaga bila kepentingan orang banyak didahulukan.

 

Menempatkan kebutuhan kolektif di atas ego individu. Contohnya sederhana: mentaati aturan lalu lintas, membayar infaq kader rutin tiap bulan, menjaga kebersihan kampus atau pondok, hingga bersedia berkorban demi keamanan dan ketertiban bersama.

 

Jika setiap orang hanya mementingkan diri sendiri, yang muncul adalah kekacauan, ketidakadilan, bahkan konflik sosial.

 

Oleh karena itu, urgensi mendahulukan kepentingan umum bukan hanya sekadar slogan moral, tetapi keharusan yang harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Semakin kita mengedepankan kepentingan bersama, semakin kokoh pula ukhuwah yang kita raih.

 

Lalu, bagaimana jika kepentingan pribadi lebih didahulukan daripada kepentingan umum, maka dampaknya akan terasa luas dan serius. Setidaknya berikut beberapa akibat yang mungkin terjadi:

 

Munculnya Egoisme Sosial

Setiap orang sibuk dengan dirinya sendiri, urusan yang bersifat personal atau kekeluargaan semata tanpa peduli lingkungan sekitar. Akibatnya, nilai gotong royong dan solidaritas makin terkikis.

 

Ketidakadilan Sosial

Orang yang memiliki kekuasaan atau sumber daya besar akan cenderung mengutamakan dirinya, sementara kelompok atau urusan kelompok lemah makin tersisih.

 

Kerusakan Lingkungan dan Infrastruktur

Contoh kecil: buang sampah sembarangan demi kenyamanan pribadi. Kalau dilakukan banyak orang, lingkungan rusak, banjir, dan kesehatan warga sekitar pasti terganggu.

 

Menurunnya Kepercayaan Tamu atau Publik

Jika masyarakat merasa sebagai pejabat atau sesama warga hanya mementingkan diri sendiri, kepercayaan terhadap institusi dan hukum akan menurun.

 

Konflik dan Perpecahan

Kepentingan pribadi yang terus dipaksakan bisa memicu benturan antarindividu atau kelompok. Dalam jangka panjang, hal ini bisa merusak persatuan bangsa.

 

Singkatnya, bila kepentingan pribadi selalu diutamakan, maka masyarakat kehilangan harmoni, dan tujuan bersama sulit tercapai.

 

Sementara itu, Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits tentang tolong-menolong dan peduli terhadap sesama:

 

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

 

“Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang, cinta, dan kelembutan mereka, bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan demam dan tidak bisa tidur.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

 

Hadits ini menegaskan bahwa kepentingan umum harus menjadi perhatian utama, karena umat diibaratkan sebagai satu tubuh. Jika seseorang hanya mementingkan diri sendiri dan melupakan orang lain, maka “tubuh” itu akan sakit seluruhnya.

 

Selain itu, ada juga hadits yang menegaskan:

 

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

 

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni)

 

Hadits ini menekankan bahwa ukuran kebaikan seseorang bukan pada seberapa besar ia menguntungkan dirinya sendiri, tetapi sejauh mana ia bermanfaat bagi kepentingan orang banyak.

 

Tentang mendahulukan kepentingan umum, dalil yang banyak digunakan adalah QS. Al-Hasyr: 9, karena secara langsung menekankan sikap al-itsar (mendahulukan orang lain di atas diri sendiri. Wallahu a’lam (Bash)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *