REJUVINASI, Tidak Cukup.
HIDAYATULLAHSULBAR.COM, Motivasi – Setelah Munas di Jakarta, perhatian kader Hidayatullah kini beralih ke arena Muswil. Maklum, minggu-minggu ini hampir semua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah di seluruh Indonesia menggelar agenda yang sama.
Seolah menjadi wajah eksistensi Hidayatullah di berbagai daerah, gelaran Muswil dikemas dengan sangat semarak. Mulai dari baksos, seminar, hingga pelantikan pengurus yang baru.
Dari semua itu, yang paling ditunggu dan banyak diperbincangkan adalah pelantikan pengurus baru.
Pergantian pengurus memang bukan hal baru di Hidayatullah. Bahkan promosi, rotasi dan mutasi adalah hal yang biasa saja bagi kader Hidayatullah. Sesuatu yang dapat terjadi sewaktu-waktu, tanpa harus menunggu momentum Munas dan Muswil.
Namun kali ini, isu rejunivasi yang sedang hangat digulirkan sepertinya memiliki daya sorot dan memantik rasa penasaran disetiap pengumuman struktur baru di berbagai daerah.
Memang, rejuvinasi menurut Rhenald Kasali bukan soal usia biologis. Tetapi munculnya banyak kader muda yang menempati pos-pos strategis dalam struktur baru di Hidayatullah menandakan bahwa usia muda adalah sebuah privillege pada periode ini.
Jika pola ini bergulir dengan irama yang sama, maka komposisi tim dalam struktur Hidayatullah pada periode ini akan di dominasi oleh kader muda. Sebuah potensi yang tidak dimiliki oleh banyak ormas islam.
Lalu, apakah formasi tim ini akan menjadi kekuatan yang *powerful* ?
Sharon Boller dalam bukunya yang berjudul TeamWork Training mengatakan: BELUM TENTU.
Mengumpulkan pemain Bintang sekelas Lionel Messi dalam 1 tim, tidaklah cukup.
Tanpa TeamWork, potensi tersebut bukanlah apa-apa.
MEMBANGUN TEAMWORK
Tentu, ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam membangun Teamwork. Namun, Teamwork yang hebat harus ditunjang dengan 3 hal mendasar: Mindset yang benar, Kompetensi yang relevan, serta Empati yang merekatkan.
– Mindset yang benar
Teamwork yang hebat harus bertumpu pada sebuah kesadaran bahwa kerjasama tim adalah kebutuhan. Mereka percaya bahwa kerja bersama dalam sebuah tim yang solid, mampu memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan bekerja sendiri-sendiri.
– Kompetensi yang relevan
Teamwork juga perlu ditopang oleh kompetensi tim yang relevan dengan kebutuhan organisasi, agar peran dan fungsinya dapat berjalan dengan baik.
Setidaknya, ada 2 hal yang menurut Boller merupakan kompetensi inti dari sebuah Teamwork, yakni:
1) Fostering, kemampuan untuk menjadi fasilitator yang membantu orang lain dalam tim untuk tumbuh, berkembang dan mencapai tujuan bersama.
2) Demonstrating, kemampuan untuk tampil sebagai teladan dan inspirasi dalam kerja tim.
– Empati yang merekatkan
Melengkapi itu, Teamwork tentu perlu dikuatkan dengan empati, perekat ikatan emosional dalam tim yang membuat anggota tim merasa dihargai, didengar, dan dipahami, sehingga ide-ide kreatif dapat berkembang, kolaborasi menjadi lebih efektif, dan setiap tantangan dapat diselesaikan besama-sama dengan optimal.
Karena setiap individu dalam tim, penting dan berharga. (Syam)

