HIDAYATULLAHSULBAR.COM, Polewali – Ustadz Taufik Malik, S.Sos.I, ketua DPD Hidayatullah Polewali Mandar dalam ceramahnya menyebutkan “Ada banyak kekuatan istighfar dalam kehidupan sehari-hari salah satu diantaranya adalah mampu mencegah musibah.”
Dijelaskannya, melihat kondisi saat ini banyaknya musibah terjadi disekitar kita mengakibatkan kerusakan alam. Ini terjadi karena tidak adanya amar ma’aruf nahi mungkar, walaupun khusyu’ dalam beribadah tidak akan ada gunanya.
Tausiah tersebut adalah salah satu item acara dalam kegiatan lailatul ijtima’ yang dirangkaikan dengan rihlah atau liburan santri putra dan pengurus Hidayatullah Polman, dimaksud untuk menguatkan silaturahim, membaca alam semesta, serta membangkitkan kembali semangat dalam mengemban amanah dan peran masing-masing baik kalangan santri maupun pengurus.
Ini adalah agenda rutin sebagaimana tahun lalu yang bertempat di gunung Pebarungan. Kali ini kegiatan berlangsung selama 2 hari, mulai Sabtu-Ahad tanggal 10-11 Desember 2022 bertempat di permandian Salupajaan, Polewali Mandar.
Sunyinya malam di Salupajaan menjadikan hati pengunjung merasa tenang dalam beribadah, suara air sungai yang selalu mengalir mengingatkan ayat ayat yang menjelaskan tentang keindahan surga.
Dan seluruh rangkaian ibadah dipusatkan di masjid Nurul Budiah Madarammang di komplek wisata yang berjarak sekira 13 kilometer dari kota Polewali itu.
”Saat itu bertepatan dengan siaran pertandingan piala dunia sepak bola antara Maroco vs Portugal mengakibatkan kami harus mencari jaringan agar dapat menyaksikannya”. Papar salah seorang peserta lailatul ijtima.
Yang lebih menarik lagi adalah sebelum beranjak balik ada oleh oleh yang diberikan dari pemilik wisata tersebut berupa 60 buah Al Qur’an. Pemilik mengatan “saya sering dengar (informasi tentang) pondok (Hidayatullah) ini”.
Sementara itu ustadz Kamiruddin ketika mendapatkan giliran tausiyah setelah shalat subuh banyak menganalogikan air sebagai karakter yang rendah diri, “Mengumpamakan diri bagaikan sungai yang rendah agar air mudah mengalir di bawahnya, begitu pula diri ini, kebenaran akan mudah datang jika selalu bersikap rendah.
“Bukan seperti gunung, yang air tak akan mampu mengalir padanya, juga bukan seperti air genangan yang menjadi tempat permandian hewan saja”. Sambungnya
Dalam kondisi cuaca yang dingin tampak santri dan pengurus yang hadir serius mengikuti seluruh rangkaian acara tersebut.
Apalagi dalam tausiah ustadz Kamil, sapaan akrabnya, mengutip kisah perang Badar bagaimana peristiwa singgahnya nabi bersama para sahabatnya di sebuah sumur.
Salahsatu sahabat nabi bertanya. “Wahai nabi mengapa kita singgah disumur ini? Apakah ini adalah wahyu ataukah hanya strategi perang belaka?” Nabi menjawab “ini adalah strategi perang”. Maka sahabat tersebut melanjutkan “kalau begitu kita berhenti di sumur yang lebih dekat dengan musuh.”
“Oleh karena itu sangat indah perjalanan Hidayatullah ini mengambil surat al Alaq sebagai kajian utama perjuangan di lembaga. “Iqra’ bismirobbik adalah kekuatan dahsyat” pesan terakhirnya sebelum menutup tausyiahnya. (Rahmat/bash)