Ustadz Drs. H. Mardhatillah Sampaikan Tausiah Subuh dalam Agenda Mabit Kader dan Santri Hidayatullah Mamuju

HidayatullahSulbar. Com, Mamuju – Ustadz Drs. H. Mardhatillah, Ketua DPW Hidayatullah Sulawesi Barat, memberikan tausiah subuh dalam agenda Mabit yang dihadiri oleh ratusan kader dan santri Pondok Tahfidz Al-Furqan Hidayatullah Mamuju. Acara ini berlangsung di Masjid Jabal Nur, Pondok Pesantren Hidayatullah Kampus Salutalawar, Desa Tadui, Mamuju, Ahad (22/09/2024) bertepatan dengan bulan kelahiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Momen Penting Bulan Kelahiran Rasulullah

Momen tausiah ini menjadi istimewa karena berlangsung pada bulan kelahiran Rasulullah, yang dikenal sebagai uswatun hasanah (teladan terbaik) bagi seluruh umat manusia. Ustadz Mardhatillah menekankan pentingnya mengenal sejarah Rasulullah dalam menjalankan misinya sebagai pemimpin dan pembawa risalah bagi umat.

Ayo Berkontribusi, Bersama Wujudkan Misi Dakwah Besar!

Menurut Ustadz Mardhatillah, sejarah sangat penting untuk dipelajari, sebagaimana sebagian besar isi Al-Qur’an adalah sejarah. Salah satu ayat yang disampaikannya adalah QS Al-Jumu’ah ayat 2:

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa Rasulullah diutus untuk membimbing umat yang sebelumnya berada dalam kesesatan, khususnya masyarakat Arab yang mayoritas buta huruf. Rasulullah menjalankan tugas untuk membacakan ayat-ayat Allah, menyucikan jiwa mereka dari kemusyrikan, dan mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur’an) serta hikmah (sunnah).

Tafsir ayat ini menjelaskan bahwa misi kenabian bertujuan untuk mengubah kondisi manusia dari kegelapan dan kebodohan menuju masyarakat yang berilmu dan beriman. Proses ini meliputi pembacaan wahyu (tilawah), pembersihan jiwa (tazkiyah), serta pendidikan ilmu dan kebijaksanaan (ta’lim). Ustadz Mardhatillah mengaitkan ayat ini dengan peran kader Hidayatullah sebagai penerus risalah dalam mendidik masyarakat.

Para Pengurus mulai DPW, DMW, Kampus Madya, DPD serta seluruh kader Hidayatullah Mamuju

Kader sebagai Pemegang Amanah Keummatan

Ustadz Mardhatillah juga mengingatkan para kader tentang pentingnya menjaga amanah keummatan. Menurutnya, sebagaimana para nabi dan rasul tidak mengenal uzur dalam melaksanakan tugas mereka, para kader pun harus kuat dalam menghadapi berbagai tantangan. Ia mencontohkan bagaimana beberapa nabi pernah menghadapi ujian berat, dan bahkan ada sahabat yang murtad. Namun, di sisi lain, banyak pula kader yang tetap setia menjalankan amanah kenabian.

Dalam tausiah tersebut, Ustadz Mardhatillah menyebut dua alumni Pondok Tahfidz Al-Furqan Hidayatullah Mamuju, yakni Sapri dan Al-Farabi, yang kini bertugas di Desa Panetean, Kecamatan Aralle, Kabupaten Mamasa. Keduanya terus mengabdikan diri pada masyarakat untuk menjalankan misi dakwah.

Amanah dari Muhsinin Asdhar Wahab

Ustadz Mardhatillah juga menceritakan pertemuannya dengan seorang muhsinin bernama Asdhar Wahab, yang dengan ikhlas menyerahkan lahan seluas 5 hektar dan yayasan bernama Indona Puang Banua kepada Hidayatullah. Yayasan ini menaungi berbagai unit pendidikan mulai dari SD, SMP, hingga SMK, yang tersebar di wilayah Mamasa, Aralle, dan Mambi. Amanah besar ini diharapkan dapat memperkuat peran Hidayatullah dalam menyebarkan dakwah dan pendidikan di daerah tersebut.

Kisah Ketaatan dan Pengorbanan

Ustadz Mardhatillah kemudian membagikan sebuah kisah inspiratif tentang seorang sahabat Rasulullah yang berkulit hitam dan fisiknya kurang menarik. Sahabat tersebut diperintah oleh Rasulullah untuk melamar seorang wanita cantik. Meskipun awalnya ditolak oleh orang tua sang gadis, lamaran tersebut diterima setelah mereka mengetahui bahwa hal itu adalah perintah Rasulullah.

Namun, sebelum pernikahan berlangsung, sahabat tersebut dipanggil untuk ikut dalam sebuah pertempuran dan dengan penuh ketaatan, ia langsung menyambut panggilan tersebut. Kisah ini mengajarkan bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya selalu berbuah kebaikan, meski sering kali harus melalui pengorbanan besar.

“Buah ketaatan tidak pernah lari dari sebuah kenikmatan, walaupun harus dilalui dengan perjuangan,” ujar Ustadz Mardhatillah.

Motivasi Berjuang dan Membangun Arus Kebaikan

Di akhir tausiahnya, Ustadz Mardhatillah mengajak para kader untuk terus membangun arus kebaikan dalam diri, rumah tangga, dan masyarakat sekitar. Kepekaan terhadap situasi sosial dan kemampuan menciptakan pengaruh positif menjadi kunci sukses dalam dakwah.

Beliau juga mengingatkan bahwa motivasi berjuang dalam jalan dakwah dimulai dengan kesediaan untuk berkorban, baik dalam bentuk harta maupun jiwa, demi mencapai tujuan mulia yaitu menegakkan agama Allah.

Fabi ayyi ala irabbikuma tukazziban

Peserta Mabit DPD Hidayatullah Mamuju tampak serius dan khusyuk mendengarkan tausiah
×