HidayatullahSulbar.Com, Mamuju – Ustadz Abdurrahman Hasan, S.Pd.I, anggota Dewan Murabbi Wilayah Hidayatullah Sulawesi Barat, menyampaikan ceramah bertemakan syukur dan akhlak mulia dalam pengajian yang berlangsung di Masjid Al-Walidain Kampus Madya Hidayatullah Mamuju pada Sabtu (28/09/2024).
Dalam ceramah di depan warga dan pegawai tersebut, beliau mengajak para hadirin untuk senantiasa bersyukur serta menjelaskan tiga wasiat Rasulullah SAW yang sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Bersyukur dan Pentingnya Doa
Ustadz Abdurrahman mengawali ceramahnya dengan menggarisbawahi pentingnya bersyukur dalam segala keadaan, baik dalam kelapangan maupun kesulitan. “Siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka sesungguhnya dia tidak bersyukur kepada Allah,” kata beliau, mengutip hadits Nabi Muhammad SAW.
Lebih lanjut, Ustadz Abdurrahman menganjurkan tiga doa yang seyogianya dibaca setiap hari untuk menjaga hati dan meningkatkan kualitas ibadah:
1. Allahumma ainni ala dzikrika wasyukrika wahusni ibadatik
Doa ini bermakna memohon kepada Allah agar senantiasa diberi kekuatan untuk mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan memperbaiki ibadah kepada-Nya.
2. Yaa muqallibalqulub, tsabbit qalbi ala dinik
Doa ini berarti memohon kepada Allah, Sang Pembolak-balik hati, agar menetapkan hati dalam ketaatan kepada-Nya.
3. Allahumma inni asaluka husnul khatimah
Doa ini mengandung permohonan kepada Allah agar diberikan akhir kehidupan yang baik (husnul khatimah).
Ustadz Abdurrahman juga menekankan perbedaan antara syukuran dan bersyukur. Bersyukur bukan soal banyaknya rezeki yang diterima, melainkan soal bagaimana seseorang merasa cukup dan puas dengan apa yang dimilikinya. “Bersyukur itu qanaah,” ujar beliau.
Tiga Wasiat Rasulullah SAW
Dalam ceramahnya, Ustadz Abdurrahman juga menyampaikan tiga wasiat yang Nabi Muhammad SAW berikan kepada sahabat Ali bin Abi Thalib RA, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits dari Abu Dharr Al-Ghifari RA:
1. Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada
Wasiat pertama ini menekankan pentingnya ketakwaan dalam segala kondisi dan situasi. Takwa adalah kesadaran diri yang terus-menerus bahwa Allah senantiasa mengawasi setiap perbuatan kita. Dimanapun berada, apapun kondisinya, takwa menjadi pegangan hidup seorang mukmin. Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa ketakwaan harus dibawa sepanjang hidup, baik dalam keadaan senang maupun susah.
2. Iringilah perbuatan dosa dengan perbuatan baik
Wasiat kedua ini mengajarkan bahwa tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan dosa, namun setiap dosa hendaknya segera diiringi dengan perbuatan baik. Dosa yang dilakukan dengan tidak sengaja atau kelemahan pribadi bisa ditebus dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukan setelahnya, baik berupa ibadah, sedekah, atau amal saleh lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebaikan agar kebaikan itu menghapus keburukan, dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik” (HR. Tirmidzi).
3. Berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik
Wasiat ketiga menekankan pentingnya akhlak yang baik dalam interaksi sosial. Nabi Muhammad SAW selalu menekankan bahwa akhlak mulia adalah salah satu tujuan utama diutusnya beliau sebagai rasul. Ustadz Abdurrahman menjelaskan, “Kita menghormati seseorang bukan karena jabatan atau status sosialnya, tetapi bagaimana akhlaknya kepada orang lain.” Dengan akhlak yang baik, kita akan selalu menjaga kehormatan dan kemuliaan di manapun kita berada. Akhlak yang baik juga akan mengikat hati sesama manusia dan menjaga keharmonisan hubungan sosial.
Hikmah dari Kisah Tsa’labah dan Abu Hurairah
Dalam ceramahnya, Ustadz Abdurrahman juga menyampaikan kisah Tsa’labah, seorang sahabat yang miskin dan memohon kepada Rasulullah SAW agar didoakan memperoleh harta. Ketika ia menjadi kaya, ia justru lalai dari perintah Allah, yang pada akhirnya mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat pada duniawi dan tetap menjaga syukur.
Selain itu, Ustadz Abdurrahman juga menceritakan bagaimana Rasulullah SAW mendoakan Abu Hurairah RA agar diberikan kemampuan menghafal hadits dan mendoakan Anas bin Malik agar mendapatkan keturunan yang banyak dan penuh berkah.
Ceramah ini diakhiri dengan sebuah pesan penting dari Ustadz Abdurrahman, bahwa tidak boleh ada rasa iri terhadap rezeki yang dimiliki orang lain. “Akhlak yang mulia dan rasa syukur akan menjaga kemuliaan kita, baik di dunia maupun di akhirat,” pungkas beliau.
Pengajian tersebut ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Ustadz Drs. Muhammad Na’im Thahir, Ketua DMW Hidayatullah Sulawesi Barat, dengan suasana yang khusyuk dan penuh kekhidmatan.