Oleh Najamuddin, S.Pd.I, M.Pd
(Ketua Yayasan Pendidikan Cerdas Mandiri Hidayatullah Mamuju)
HidayatullahSulbar.Com, Mamuju – Saat Hafiz melangkah ke lapangan final turnamen sepak bola antar sekolah, kakinya tak hanya berpijak di tanah, tetapi juga di doa yang telah dipanjatkan ibunya sejak pagi. Seakan-akan langit telah menuliskan jalannya, sang ibu memohon agar putranya mencetak lima gol sepanjang turnamen ini. Hafiz tahu, ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar strategi dan latihan—ada restu seorang ibu yang melangit.
Pertandingan dimulai dengan tensi tinggi. SD 2 Krema tampil agresif, namun Hafiz tetap kokoh. Dia tidak hanya bermain dengan fisiknya, tetapi juga dengan keyakinan dalam hatinya. Saat umpan silang melayang ke arahnya, Hafiz tidak ragu. Satu tendangan keras, dan bola bersarang di gawang lawan! Gol pertama tercipta.
Seakan dituntun takdir, Hafiz kembali mencetak gol kedua, membuat timnya unggul 2-0. Lawan membalas dengan satu gol, mengubah skor menjadi 2-1. Namun, Hafiz tak goyah. Babak kedua menjadi panggungnya. Gol ketiga lahir dari kakinya yang tak gentar. Lawan sempat mencetak gol lagi, namun SD Integral Al Furqan tetap mempertahankan keunggulan. Peluit panjang berbunyi, dan mereka resmi menjadi juara dengan skor 3-2!
Dalam perjalanan pulang, dengan jersey masih basah oleh keringat kemenangan, Hafiz berseru penuh haru kepada gurunya, “Alhamdulillah, Ustadz! Doa Mamaku terkabul. Beliau berdoa agar saya mencetak lima gol—dan saya mencetak dua di semifinal dan tiga di final. Pas lima!”
Gurunya tersenyum, menepuk bahunya. “Hafiz, ingatlah. Ada sesuatu yang lebih cepat dari cahaya dan lebih kuat dari petir. Itu adalah doa ibumu. Jangan pernah meragukannya.”
Hari itu, Hafiz belajar lebih dari sekadar memenangkan trofi. Ia menyaksikan bagaimana doa bisa mengubah jalannya takdir. Gol-golnya tidak hanya tercetak di papan skor, tetapi juga di langit, dalam catatan yang tak pernah terhapus oleh waktu.(Najam)