HIDAYATULLAHSULBAR.COM, MAMUJU – Sebanyak 25 orang santriwan dan santriwati SMP Integral Al-Furqan Pondok Pesantren Hidayatullah Mamuju angkatan XVII telah mengikuti prosesi penamatan pada Sabtu, (28/05/2022).
Acara penamatan bertempat di Wisma Mala’bi dengan tema “Terus Maju Prestasi Menjadi Generasi Qur’ani”.
Turut memberikan sambutan ustadz Suaib, S.Pd selaku kepala Sekolah SMP Integral Al-Furqan menyampaikan ucapan Terima kasih kepada dewan guru yang telah bekerja keras untuk kelancaran acara pelepasan ini.
Selanjutnya beliau berpesan kepada para alumni. “Ketika nanti kalian yang akan melanjutkan pendidikan ke sekolah lain, maka hendaknya kalian senantiasa menjaga identitas kalian sebagai santri yang pernah belajar di SMP Integral Al-Furqan.”
Kemudian untuk santri putri jangan sampai melupakan identitas sekolah kalian disini yang awalnya memakai jilbab lebar (syar’i:red) kemudian malah dilepas, jangan sampai itu terjadi.”
“Jagalah dentitas sekolah kita jangan sampai hilang, bawalah identitas itu dimana pun kalian berada. Apalagi sebagai kaum muslim untuk senantiasa menjaga aurat kita.” Sambungnya.
Hadir pula dalam kesempatan ini Ustadz Najamuddin, M. Pd Ketua YPCM memberikan sambutan dalam dalam smbutannya beliau mengucapkan. “Rasa terima kasih yang terkira kepada Uwe Dra. Andi Marma karena tanpa beliau mungkin kita tidak bisa bercerita Hidayatullah di Mamuju ini kalau tidak dimulai dari beliau.”
“Alhamdulillah karena beliau yang kemudian yang melahirkan kader-kader, anak-anak ini menjadi alumni-alumni Pesantren Hidayatullah Mamuju, hasilnya tadi (Ustadz Suaib) yang memberikan sambutan itu adalah alumni pesantren yang sudah menjadi kepala sekolah. Mudah-mudahan menjadi amal jariyah beliau beserta dengan keluarga dan anak-anak beliau.” Harapnya
“Kemudian jika orang tua sibuk tidak sempat mendidik anaknya, maka kemudian Hidayatullah salah satunya lembaga pendidikan yang menyiapkan lembaga pendidikan untuk kemudian mempermudah orang tua untuk pendidikan anaknya.”
Maka di pendaftaran siswa tersebut ada akad penyerahan orang tua kepada pesantren. Karen kita mengambil beban ketika anak itu sudah di serahkan orang tuanya kepada kita berarti jadi kita mengambil beban itu sebagi orang tua menentukan anak ini menjadi agama Yahudi, Nasrani apa Majusi. Apalagi anak-nak itu boarding (berasrama) bersama kita, anak ini paling banyak berinteraksi dengan siapa.”
Filosofi Pendidkan Integral Berbasis Tauhid, apa itu Pendidkan Integral Berbasis Tauhid ? Filosofi Pendidkan Integral Berbasis Tauhid adalah itu bermuara surah al-‘Alaq dari Iqra’ bismirabbik.
“Maka kemudian Iqra itu berkaitan dengan ilmu, bagaimana kemudian membaca, bagaimana kemudian mempelajari, bagaimana kemudian mengkaji, meneliti. Disitu tetapi ada ikatan Iqra Bismirabbik, banyak orang hanya sampai terputus di iqra’ membaca bahwa banyak sekali ilmuwan itu, akan tetapi kemudian tidak di bungkus dengan Bismirabbik, nilai akhlak.”
Maka disitu Bismirabbik akan menjadi rem, ada zikir, ada ibadah, ada tabattul. Itulah filosfi pendidikan kita, maka kemdian ini harus berbarengan dengan dua-duanya. Maka apabila diberi pilihan Iqra dan Bismirabbik, maka Bismirabbik lah pilihan utamanya.” Imbuhnya.
Kemudian mewakili Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Mamuju bapak Saharuddin, S.Pd., M.Pd, memberikan apresiasi bahwa acara ini adalah acara yang di nanti-nantikan, baik itu oleh pengelola maupun orang tua siswa.
“Dan sejak Covid dua tahun yang berlalu ini kayaknya baru pertama kali ini kita bisa melaksanakan kegiatan seperti ini, jadi ini satu kesyukuran bagi kita bahwa tahun ini kita sudah bisa melaksanakan acara penamatan dengan bertatap muka langsung, kalau sebelum-sebelumnya melalui Zoom (red: daring) yang tentunya beda dengan penamatan yang seperti saat ini.” Sambutnya
“Jadi selama pandemi ini guru mengajar hanya menyampaikan ilmu pengertahuannya (kognitifnya) saja sementara yang lain itu tidak tersampaikan. Kita bersyukur bahwa tahun ini sekolah-sekolah yang ada di Mamuju sudah bisa melaksakan penamatan secara tatap muka langsung.”
“Dan yang paling di repotkan dalam pandemia ini adalah orang tua siswa, hampir semua orang tua siswa mengeluh dengan proses pembelajran lewat daring, karena kenapa, yang sekolah itu orang tuanya bukan anaknya. Apalagi SD, TK yang setengah mati adalah orang tuanya. Sehingga banyak orang tua bertanya kapan ini sekolah tatap muka.” Sembari tersenyum mengenang masa pandemi.
“Oleh karena itu saya berharap adanya kolaborasi kerjasama antara orang tua siswa dengan guru-guru atau pengurus yayasan itu bisa terjalin sebaik mungkin, jangan ketika anaknya berhasil maka bapak ibu menunjuk dada bahwa siapa orang tuanya, tapi begitu anaknya ada masalah langsung di limpahkan ke gurunya.”
“Jadi kalau ada keberhasilan itu adalah kebehasilan kita semua termasuk hari ini menamatkan anak-nak kita saya yakin dan percaya itu karena keberhasilan kita semua, baik dari yayasan, guru-guru, maupun orang tua siswa. Begitu juga sebaliknya jika ada persoalan jangan di limpahkan ke guru semata-mata tapi itu semua adalah tanggungjawab kita bersama.” Harapan beliau
“Pasca gempa di Mamuju ini dinas pendidikan mendapat pekerjaan yang berat terutama di infrastruktur karena banyak gedung sekolah yang hancur terutama di emapat kecamatan Tapalang, Tapalang Barat, Mamuju dan Simboro.”
“Tapi sejak tahun lalu sudah ada 24 sekolah yang di kerjakan langsung Kementrian PUPR. Oleh karena itu saya berharap kedepan juga ini Yayasan Hidayatullah (YPCM) bisa juga mendapat bantuan apalagi saya dengar kepala sekolahnya sudah berkoordinasi ke dinas pendidikan.”
“Karena kemarin teman-teman di Sarpras turun ke sekolah semua melihat sekolah mana yang layak mendapat bantuan. Alhamdulillah sekolah di Hidayatullah masih lebih baik dari sekolah-sekolah yang lain, apalagi SD nya saya lihat kelebihan ruangan tapi SMP nya ini yang kekurangan.”
“Oleh Karena itu ketua yayasan bisa berkoordinasi bersama teman-teman yang menangani khususnya bidang SMP kalau SD silahkan berhubungan dengan bidang SD. Karena bantuan sekarang bukan lagi membawa-bawa proposal tapi di perbaiki dapodiknya, karena bantuan sekarang itu berdasarkan dapodik.”
“Jadi saya minta oparatornya baik SD maupun SMP tolong di perbaiki dapodiknya karena di situlah kementrian melihat sekolah yang berhak mendapat bantuan atau tidak. Kita berdo’a semoga kedepannya ini sekolah kita sudah 100% tatap muka, meskipun ada juga perubahan kurikulum yakni kurukulum Merdeka Belajar yang saat dalam tahap sosialisasi.”
“Disinilah peran guru untuk beradapatasi, karena apabila para guru tidak mau beradaptasi saya rasa kita akan ketinggalan,oleh karena itu saya berharap bahwa teman-teman guru harus juga belajar secara terus menerus, karena belajar itu tidak mengenal waktu, tidak mengenal umur.”
“Untuk anak-anak yang baru di tamatkan jangan berhenti sampai disini, kalau bisa lanjut kejar cita-cita setinggi langit, tadi juga ada saya lihat cita-cita jadi dokter, tapi bagaimana mau jadi dokter setelah tamat langsung tenda biru, tidak bisa itu.” Sembari tersenyum
“Resepnya kalau kita mau sukses kita harus punya DUIT, ada yang berfikir mungkin duit ini yang berwarna biru, duit ini yang warna merah. DUIT itu yang pertama D itu kita harus berdo’a yang kedua U nya itu usaha, jadi do’a tanpa usaha juga agama itu tidak setuju usaha tanpa do’a itu namanya kita terlalu sombong.”
Beliau melanjutkan bahwa Kemudian I nya itu adalah Ikhtiar ini seperti yang saya gambarkan tadi ada yang ingin bercita-cita jadi dokter tapi dia masuk di perguruan tinggi ngambil jurusan sarjana hukum itu nama usaha tapi tidak ikhtiar, berusahalah sesuai apa yang ingin kita capai.
“Yang terakhir T itu adalah Tawakkal kalau ini yang sudah kita lakukan Insya Allah kita akan menjadi orang-orang yang berhasil. Sesungguhnya orang berhasil itu tidak di tentukan oleh siapapun kecuali diri kita.”
“Kepada bapak-ibu yang di tamatkan anaknya hari ini saya harap anaknya di lanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kemudian saya sampaikan fakta bahwa dengan pandemi ini orang tua lebih banyak menyekolahkan anaknya ke lembaga seperti Hidayatullah, Wildan dan Muhammadiyah. Kenapa, karena itu jauh lebih bagus pembinaannya di banding sekolah umum ini sejak pandemi.
“Karena ada anak kita di seolah umum itu selama corona mungkin tidak perbah belajar, mau belajar lewat daring pertama tidak ada jaringan yang kedua tidak ada HP sehingga banyak orang tua berkesimpulan lebih bagus anaknya di sekolahkan di Wiladan, Hidayatullah maupu Muhammadiyah dan ini sekaligus tantangan bagi teman-teman yang mengelola sekolah umum.”
Sebuah rumah makan akan bertahan di Mamuju kalau ada menu khsususnya kalau tidak berapa hari saja ramai sudah itu hilang-hilang. Berapa banyak cafe di Mamuju ini begitu pertama dibuka banyak peminatnya tapi karena tidak ada nilai tersendiri tidak ada ciri khasnya orang akan pindah.” Menyampaikan permisalannya
“Saya yakin dan percaya jika teman-teman di Hidayatullah ada nilai tersendiri yang di bangun di situ Insya Allah orang akan cari Hidayatullah, tapi kalau sama dengan sekolah lain ya itu artinya akan tertinggal.”
“Oleh akrena itu saya minta kepada teman-teman pengelola Hidayatullah coba munculkan menu khusus seperti tadi protokolnya sudah menguasai tiga bahasa, Bahasa Indonesia, Inggris, Bahasa Arab apalagi bahasa daerah. Persaiangan saat paling tidak menguasai bahasa Asing dan Teknologi kalau kita tidak mau tertinggal.” Tutupnya.
Acara penamatan berjalan khidmat dengan diisi oleh hiburan dari para santri kelas 8 dan kelas 9 itu sendiri sehingga menjadi meriah. Kemudian acara di tutup dengan foto bersama santri dengan para guru serta oranga tua yang sempat hadir. (Gianto AH)