HIDAYATULLAHSULBAR.COM, Mamasa – Menebar senyum, salam dan menyapa adalah suasana jamaah di masjid Agung Nurul Yaqin Mamasa sore jelang malam ini.
Spontan senyum merekah itu menghiasi wajah wajah saat menantikan buka puasa bersama, menyambut berkah Ilahi.
Pada Senin (10/2/2025) kunjungan safari Ramadhan dari DPW Hidayatullah Sulawesi Barat (Sulbar) kali ini adalah masjid agung Nurul Yaqin Mamasa.
Di masjid yang beralamat di Jalan Pembangunan, kelurahan Mamasa, Kecamatan Mamasa itu terjadwal ketua DPW Hidayatullah Sulbar, Drs. H. Mardhatillah.
Usai sholat sunnat ba’diyah atau sholat sunnat sesudah isya, seperti biasa di masjid masjid umumnya, pengurus selain melaporkan kegiatan seputar buka puasa lalu menyilahkan da’i yang bertugas untuk berceramah.
Dikatakan, “Hendaknya dengan berpuasa kita dapat menahan dan mengendalikan nafsu, karena sejatinya ini adalah latihan untuk bisa menahan dari segala jenis godaan sampai nanti di luar bulan Ramadhan”
Dihadapan jamaah masjid yang pertama kali dibangun pada tahun 1934 dan sudah beberapa kali mengalami pemugaran dan renovasi itu ditekankan pentingnya berpegang teguh pada ajaran Al Qur’an dengan sebenar benarnya.
“Di dalam Ramadhan ini juga kita diantar untuk nulia dengan Al Qur’an” tegasnya.
Menurutnya, dalam kondisi berpuasa umat Islam dituntut untuk bisa tetap beraktifitas, selain menuntaskan baca Al Quran, sedekah dan ‘berburu’ kemuliaan Lailatul Qadar.
Sehingga nantinya dapat tergambar dari kehidupan sehari hari seorang muslim yang bertaqwa.
Seperti harmonisme kehidupan beragama di wilayah yang bersuhu rata rata 17⁰c itu cukup baik, terlihat bukan hanya kaum muslimin yang berbelanja takjil, lazimnya dikenal dengan sebutan ‘takjil war’.
Muslim dengan jumlah 17, 24% di kabupaten Mamasa atau Bumi Kondosapata itu sangat antusias dengan ibadah dalam bulan suci Ramadhan.
Di tempat lain, di kecamatan Aralle, agenda yang sama diadakan di masjid Jami Miftahul Jannah Aralle. Dai yang bertugas adalah ustadz Drs. Massiara.
Sedangkan di desa Panetean, sejak awal kegiatan serupa sudah digalakkan oleh dua dai muda, Sapri dan Alfarobi, alumni Sekolah Dai Hidayatullah (SDH) Parepare. (bash)