Sampai Kapan Hidayatullah Merintis Cabang?

HIDAYATULLAHSULBAR.COM, Pertanyaan “Sampai kapan Hidayatullah merintis cabang?” atau pertanyaan senada sering muncul “Kapan Hidayatullah tidak lagi berekspansi organisasi?”.

Di beberapa kesempatan ketua DPW Hidayatullah Sulawesi Barat, Drs. H. Mardhatillah menyatakan bahwa ekspansi organisasi bagi Hidayatullah adalah bagian dari misinya. Wajar jika dalam membangun sinergi dengan segenap komponen umat Islam dalam gerakan amar makruf nahi munkar diterjemahkan dengan menyasar dan hadir di seluruh lapisan masyarakat dan daerah, dan bahkan ke wilayah yang belum berpenduduk sekalipun.

Ayo Berkontribusi, Bersama Wujudkan Misi Dakwah Besar!

Ringkasnya, selama masih ada aktifitas manusia dan planet bumi selama itu juga ada interaksi sosial atau dalam prespektif Islam lebih dikenal dengan amar makruf nahi munkar, mengajak kepada kebaikan dan mencegah perbuatan munkar yang dikemas dalam dakwah yang baik.

Bagaimana dengan ekspansi? Dalam umurnya yang ke-50 tahun ini, Hidayatullah telah memiliki jaringan di 34 provinsi dan 402 di tingkat kabupaten/kota.

Dalam skala lokal, Hidayatullah Sulawesi Barat seumur provinsinya yang beranjak ‘dewasa’ 19 tahun kini memiliki tantangan khusus. Saat ini tercatat baru memiliki 9 kepengurusan organisasi tingkat kecamatan atau Dewan Pengurus Cabang (DPC), ini berarti masih ada 60 kecamatan yang Hidayatullah belum hadir secara formal. Kendati demikian dakwah dan gerakan kultural atau dakwah fardhiyah dirasakan di sebagian besar masyarakat Sulbar.

Sebagaimana program unggulan Rumah Qur’an Hidayatullah (RQH), idealnya merambah ke setiap desa, kelurahan atau komplek komplek perumahan. Sementara itu di provinsi Sulbar ada 74 kelurahan 576 desa menjadi ‘hutang’ program eksisnya RQH.

“Tidak usahlah sampai 100 persen kita hadir semua desa dengan RQH ini, setidaknya umat punya pemikiran tentang pentingnya hidup berkonsep al-Qur’an” Ujar ketua DPW Hidayatullah Sulbar dalam sebuah sambutan di rapat pleno DPW.

Adapun progres ekspansi masih terus diupayakan agar program mainstream tetap eksis. Sembari terus memberikan konsolidasi organisasi kepada semua sumber daya manusianya.

Dikatakan, “Tidak perlu ada hal yang ditakutkan dalam menjalani amanah merintis” tegasnya, sembari menekankan agar kader tidak mengeluh sebelum menjalankan tugasnya.

Harapnya kader dapat fokus dengan langkah yang akan dilakukan, usai ditetapkan bersama dalam rapat rapat. Hal itu agar bisa didapatkan formulasi di lapangan.

Karena menurutnya amanah adalah prestasi dan meninggalkan amanah sama dengan meninggalkan prestasi, sedangkan ketaatan menjalankan amanah tanpa syarat apapun adalah indikator baiknya kader dalam kehidupan berimamah jamaah. Sekaligus menjadi rekam jejak yang baik dan bisa dibanggakan oleh generasi setelahnya. (bash)

×