HidayatullahSulbar.Com, – Dalam sejarah dijelaskan, Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu, memulai perangnya saat kedua pasukan beristirahat. Beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk tidak beristirahat. Beliau membagi-bagikan pasukan yang tersisa dan memerintahkan semuanya mengganti pakaiannya.
Lalu, beliau juga memecahkan barisan Muslimin yang awalnya di depan beralih ke belakang, yang belakang kesamping, yang samping ke depan. Selain itu, beliau juga memerintahkan agar setengah pasukan menghadapi musuh dan setengah lagi menjauh ke arah Madinah dan masuk ke barisan setelah diberi aba-aba dengan cara berangsur-angsur.
Dan beliau juga memerintahkan mereka untuk mengumpulkan pelepah kurma yang akan digunakan saat peperangan. Hal ini dilakukan agar saat mereka bergabung, pelepah kurma tersebut akan menyeret debu-debu, sehingga membuat keadaan seakan-akan berkabut debu, dan musuh akan menyangka bantuan besar telah datang.
Perlu diketahui, Rasulullah SAW saat itu menceritakan apa yang terjadi sedetil-detilnya. Karena Allah mengabarkannya lewat wahyu, Rasulullah SAW bersabda. Yang pertama memegang bendera adalah Zaid, lalu ia gugur.
Kemudian diambil oleh Jafar, lalu ia gugur. Lalu diambil oleh Abdullah bin Rawahah, ia juga gugur.
Kedua mata beliau meneteskan air mata. Beliau melanjutkan sabdanya. Akhirnya, bendera dipegang Sang Pedang Allah, hingga Allah memberi kemenangan atas mereka.
Informasi itu berdasarkan wahyu yang beliau terima. Kemudian beliau SAW sampaikan kepada orang-orang Madinah, sebelum mereka mendapatkan informasi tentang perang Mu’tah. Dipukul mundurnya pasukan Romawi dalam perang Mu’tah ini.
Dikabarkan telah membuat kaisar Romawi, yaitu Heraklius menjadi depresi. Ia tidak menyangka bangsa Arab akan mampu bertindak sejauh itu. Perang ini juga membuatnya sadar bahwa kekuatan Islam benar-benar tidak bisa dipandang sebelah mata.
Mereka berpikir bahwa, 3.000 pasukan Muslimin saja bisa membuat perang yang sesengit itu. Apalagi ditambah dengan pasukan bantuan yang belum tentu jumlahnya itu tiba.
Tercatat dalam sejarah, akibat dari pertempuran ini. Allah mengungkapkan sebuah keajaiban. Bagaimana pasukannya hanya berjumlah 3.000 personil, mampu berhadapan dengan pasukan yang berjumlah sekian kali lipat, yakni 200.000 personil yang terlatih.
Meski sempat menuai kekalahan, namun Allah mampu membalikkan keadaan tersebut lewat Khalid bin Walid radiallahu ‘anhu. Padahal masa itu, Romawi adalah salah satu negara adidaya. Hingga nampak positif dari pertempuran ini.
Kaum Muslimin yang awalnya dianggap sebelah mata oleh Romawi dan Persia, mulai diperhitungkan. Dan membuat kabilah-kabilah yang selama ini memberontak terhadap kaum Muslimin, mereka menjadi tunduk. Di antaranya, yaitu Bani Sulaim, Aishja, Gatavan, Zubian dan Fazara.
Itulah kisah penglima perang, Khalid bin Walid. Yang mana beliau tidak sedikitpun gentar ketika membela agama Allah subhanahu wa ta’ala. Wallahu a’lam bissawat. Mudah-mudahan ini semua bermanfaat.
Bag. ke-6 sampai selesai