HIDAYATULLAHSULBAR.COM, POLMAN – Pernikahan Mubarak Hidayatullah Sulbar Sangat Semarak. Panitia mengemas dalam suasana yang syar’i dengan memisahkan pelaminan putra dan pelaminan putri termasuk para undangan juga menyesuaikan diri.
“Pernikahan adalah jenjang yang dilalui sebagai pertanda berakhirnya masa lajang seorang pemuda. Demikian pula para santri dan da’i di Hidayatullah, jenjang pernikahan adalah salah satu level yang dilalui sebagai bentuk tarbiyah. Dan ini jarang dimiliki lembaga pendidikan lain selain Hidayatullah.
“Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Murabbi Pusat Hidayatullah Dr. H. Tasyrif Amin, M.Pd dalam taushiah Pernikahan Mubarak empat pasang da’i Hidayatullah Sulawesi Barat (15/08/2021) bertempat di Kampus Pratama Hidayatullah Polman.
“Setidaknya ada dua perintah tentang nikah dalam islam, yang pertama adalah nikahkanlah! Di sini maksudnya adalah ada panitia atau stering yang terbentuk untuk menikahkan para lajang/duda atau gadis/janda.
Yang kedua adalah nikahilah! Perintah ini mempunyai konotasi bahwa yang dimaksud adalah masing-masing pribadi kita kalau ingin menikah, maka nikahlah dua, tiga dan empat.”
“Ini bagi yang sudah menikah tetapi masih ingin menikah lagi (poligamy).” Sambung Ustadz Tasyrif biasa dipanggilkan. Namun jangan dipotong ayatnya, karena ada warning bahwa ‘fain khiftum an laa ta’diluu, fawaahidah’.
Maka jika kamu khawatir tidak bisa berlaku adil, maka nikahilah satu orang saja.” yang disambut senyum-senyum para tamu ibu-ibu di bawah tenda.
Pernikahan Mubarak Hidayatullah Sulbar diselenggarakan di Pesantren Hidayatullah Polman
“Pernikahan mubarak Hidayatullah Sulbar empat pasang da’i ini telah dipersiapkan tiga bulan sebelumnya yang semula direncanakan enam pasang. Namun karena sesuatu dan lain hal sehingga hanya bisa dilangsungkan empat pasang saja.”
“Kami menyampaikan Alhamdulillah dan rasa terima kasih kepada semua pihak atas terselenggaranya acara ini. Semoga kita semua mendapatkan keberkahan sesuai judul besar pernikahan mubarak.” Kata Ketua Panitia penyelenggara, Ustadz Muh. Taufik Malik, S.Sos dalam pengantarnya menjelang aqad nikah.
Ketua DPD Hidayatullah Polewali Mandar dua periode ini tidak mampu menyembunyikan keterharuannya, sembari menahan perasaannya. Beberapa kali sempat terhenti pidato pengantarnya di hadapan tamu laki-laki sekitar 100 orang yang bertempat di Masjid Manarul Ilmi ini.
Hadir dalam pernikahan mubarak tersebut masing-masing orang tua/wali delapan mempelai. Disamping itu hadir pula seluruh pengurus DPW Hidayatullah Sulawesi Barat, Ketua dan anggota DMW, PW Mushida, PW Pemuda, Para ketua dan anggota DPD se-Sulbar serta seluruh jaringan badan/amal usaha Hidayatullah Sulbar.
Dari pihak Kementerian Agama, hadir Kepala Kantor Urusan Agama Kec. Anreapi Ahmad Yasin, SHI. Beliau sekaligus menyampaikan khutbah nikah serta menyelesaikan administrasi dan menyerahkan buku nikah kepada masing-masing mempelai.
Dalam sambutan Ketua DPW Hidayatullah Sulawesi Barat Ustadz Drs. Mardhatillah menegaskan bahwa nikah mubarak sering juga disebut dengan nikah perjuangan. Karena ada visi dan misi yang kita perjuangkan yaitu ‘lilmuttaqiina imaama’ yaitu dalam rangka untuk melahirkan generasi yang menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.
“Nikah mubarak tidak serta merta terlaksana begitu saja pak, tetapi prosesnya panjang. Mulai dari tahap seleksi dengan kriteria yang sangat ketat, pelamaran, karantina yang diisi dengan pembekalan pranikah. Kemudian dengan materi berupa persiapan fisik dan mental dalam memasuki jenjang berumahtangga.” Sambungnya.
“Kalau tidak mampu menjadi suami/istri, menjadi orang tua dari anak-anaknya kelak, serta tidak mampu membawa keluarganya ke surgaNya Allah, lebih baik mundur dari sekarang.” tandasnya, mengulang materi saat menyampaikan pembekalan beberapa hari dan disambut takbir para tamu undangan.
Tamu Undangan Rata-Rata Kader Hidayatullah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
Dalam pantauan hidayatullahsulbar.com bahwa selain suasana yang religius dan penuh keakraban, terlihat pula hijab yang sangat ketat antara tamu laki-laki dan perempuan. Semua tamu laki-laki serta pelaminannya berada dalam masjid, sementara pelaminan perempuan dan para tamu perempuan berada di bawah tenda tersendiri.
Selain tamu dari Sulbar sendiri, hadir pula Ketua dan beberapa anggota DPW Hidayatullah Sulawesi Selatan, Ketua dan anggota DMW Sulsel serta beberapa ketua DPD se-Sulawesi Selatan.
“Sebenarnya banyak keluarga kami mau datang, tetapi karena dibatasi hanya lima orang saja, maka kami terpaksa menolaknya secara halus dengan alasan protokol kesehatan.” kata keluarga pengantin yang tidak mau disebutkan namanya.
Setelah shalat dhuhur dilanjutkan penyerahan mahar sekaligus pertemuan dan perkenalan pertama antara mempelai laki-laki dengan mempelai perempuan di ruangan khusus dan hanya mahram kedua mempelai saja yang bisa menyertainya.
Setelah prosesi tersebut selesai, maka seluruh pasangan masing-masing mengatur dirinya sendiri setelah berembuk dengan keluarga. Ada yang sudah bersiap-siap pulang ke rumah dengan mengendarai mobil rental dan bahkan ada yang naik motor berdua pasangannya dengan menempuh jarak ratusan kilometer. */massi