Menjadikan Kampus Sebagai Episentrum Kebaikan

Taushiyah BPU KH. Abdurrahman Muhammad Pada Rakor Kampus Induk dan Utama di KU Al Bayan Hidayatullah Makassar. 8/05/2024

HIDAYATULLAHSULBAR.COM, Maros – Alhamdulillah, kebaikan itu datang dari Allah, yang senantiasa berlimpah. Sehingga tiada kata selain memuji keagungan Nya.

Tadi kita dengankan bacaan Quran, tentang ketaatan kepada Allah dan Rasulnya (Al Ahzab 69-73). Ketaatan itulah yang menjadi pekerjaan kita. Yang akan mengantarkan kita kepada keagungan Nya.

Masya Allah, para penyandang² identitas ketaatan, pada kampus-kampus induk san urama Hidayatullah. Kampus Utama dan Kampus Induk Ummul Qura menjadi kampus yang terdepan.

Perjuangan kita, pada kampus² tersebut adalah bagaimana kita menjalankan ketaatan kepada Allah dan RasulNya.

Pada ketaatan ada keutamaan, ada fadilah, ada keagungan.

Dalam perjalanan ketaatan ini. Ibnu Abbas mengatakan tidak ada yang lebih sulit, kecuali istiqomah dalam ketaatan kepada Allah dan Rasulnya.

Ibnu Abas mensitir sebuah ayat dalam surah Hud

{ فَٱسۡتَقِمۡ كَمَاۤ أُمِرۡتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطۡغَوۡا۟ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِیرࣱ }

[Surat Hud: 112]
Maka tetaplah engkau (Muhammad di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Ketaatan kepada Allah dan Rasulnya memang memerlukan kekuatan, memerlukan tenaga.

Apakah kekuatan itu, apakah tenaga itu, kekuatan itu bersumber dari Allah.Dan siapa kah Allah itu, yang menjadi segala sumber ilmu, sumber segala kekuatan dan semangat.

Ya Allah, yang memiliki kekuatan itu. Janganlah engkau menyerahkan diri kami kepada diri kami sekejap pun. Dan berikanlah kebaikan pada diri kami.

Bagaimana kita bertaqwa dan berjanji, bahwa kita tidak akan mengakhiri hidup ini kecuali dalam ketakwaan. Taat hingga akhir hayat

{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ }

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.
[QS. Ali ‘Imran: 102]

Kemudian, kita diminta untuk taat, bukan hanya sendiri untuk pribadi. Kita diminta untuk taat secara berjamaah. Kita dituntut untuk berorganisasi.

{ وَٱعۡتَصِمُوا۟ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِیعࣰا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ۚ وَٱذۡكُرُوا۟ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَیۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَاۤءࣰ فَأَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦۤ إِخۡوَ ٰ⁠نࣰا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةࣲ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَ ٰ⁠لِكَ یُبَیِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَایَـٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ }
[Surat Ali ‘Imran: 103]

Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.

Begitu detailnya ayat ini, bersatulah (berjamaahlah) dan jangan lah berpecah belah.

Inti dari jemaah itu ada pada
فَأَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوبِكُمۡ

Ada kesatuan hati diantara mereka, Tidak boleh hati ini bercerai berai. وَلَا تَفَرَّقُوا۟ۚ

Selanjutnya bagaimana kita menjadi orang² yang selalu menyeru kepada kebaikan, senantiasa yad’una ilal khair. Selalu menyeru kepada kebaikan.

{ وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةࣱ یَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَیۡرِ وَیَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَیَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ }
(Surat Ali ‘Imran: 104)

Kampus Hidayatullah itu, terkhusus kampus induk dan Utama adalah kampus percontohan, show window dari keutamaan-keutamaan itu. Kebaikan-kebaikan itu.

Apa dan bagaimana itu terdepan dalam kebaikan,

{ وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلࣰا مِّمَّن دَعَاۤ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَـٰلِحࣰا وَقَالَ إِنَّنِی مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِینَ }

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”
[Surat Fushilat: 33]

Sebaik-baik pemikiran, sebaik² pekerjaan adalah mengenalkan manusia kepada Allah, ini menjadi inti dari segala kebaikan. Pekerjaan yang mengantarkan manusia lain kepada kebaikan untuk mengenal Allah.

Kehadiran KU, menjadi prioritas, lahirnya kebaikan² itu.

Dari ramadhan lalu, saya mengambil dua kesimpulan, munajat, dan jihad.

Bahkan saya sampaikan di Silatnas lalu, bagaimana kita menjadikan kampus Ummul Quro sebagai episentrun, gerakan kebaikan itu. Dari kampus² ini kemudian kebaikan itu menyebar ke seluruh penjuru dunia

Jangan meninggalkan Allah sekejap mata. Misalnya alat komunikasi sekarang, bisa terputus saat komunikasi, dan pasti ada gangguan, hingga terputus.

Sistematika Wahyu itu bagaimana rasio pemikiran itu bisa menyatu dalam hati untuk mewujudkan jihad.

Nanti baru bisa kita tidak lalai, kalau bisa menyatukan hati dan rasio kita.

{ إِنَّ فِی خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَـٰفِ ٱلَّیۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّأُو۟لِی ٱلۡأَلۡبَـٰبِ }
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
[Surat Ali ‘Imran: 190]

Hanya Al Quran yang bisa mempertemukan hati dan rasio. Siapa yang tidak tunduk pada Qur’an, akan sulit mendapatkan ketaatan itu.

Para ahli kebatinan, pencari kebenaran, tidak akan menemukan kebatinan itu jika tidak mempertemukan nya dengan Quran.

Ini memang sulit, jika belum ketemu kuncinya. Kadang juga ada kuncinya, tapi tidak pas. Atau salah kunci.

Rasio tidak akan sampai mengenal tuhan, hati pun demikian. Jadi keduanya tidak akan menemukan kebenaran itu. Kecuali dengan Quran.

Jika menggunakan hati dan rasio saja, tidak akan pernah ditemukan kebenaran itu. Hanya Allah yang tau dirinya, yang akan memperkenalkan dirinya kepada kita.

Jangan berfikir seperti socrates, saya ada karena saya berfikir. Sehingga dia mengadakan patung, menyembah patung-patung. Mereka semua salah kunci.

Tugas kita adalah memberikan kunci yang benar dengan Iqra bismirabbik

Dengan Quran itu menjadi ruh. Menjadi jalan untuk mengelola hati dan rasio kita.

(Sarmadani Karani)

×