HidayatullahSulbar.Com, – Dalam kesibukan dan dinamika kehidupan, seringkali kita terpesona oleh keindahan dan keutamaan ibadah haji dan umrah. Namun, terdapat sebuah hikmah yang tersembunyi dalam dzikir setelah salat Subuh, sebuah amalan yang memiliki kekuatan setara dengan ibadah besar tersebut.
Mari kita telusuri lebih dalam pesan yang terkandung dalam riwayat para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam, yang mengungkapkan keutamaan besar amalan ini.
Menurut Anas Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَمَامَ تَمَامًا تَمَامًا” رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
Artinya : “Barangsiapa yang menunaikan salat Subuh secara berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah sampai terbit matahari, kemudian melaksanakan salat dua rakaat, pahalanya sama dengan melaksanakan ibadah haji dan umrah secara sempurna, sempurna, dan sempurna. Hadits ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan dikatakan bahwa hadits ini memiliki sanad yang baik.”
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam menyampaikan bahwa dzikir setelah salat Subuh hingga terbit matahari, diikuti dengan salat dua rakaat, menyamai pahala ibadah haji dan umrah, kita dihadapkan pada kearifan spiritual yang mendalam.
Dalam riwayat yang diriwayatkan oleh para sahabat, kita melihat bahwa nilai ibadah tidak hanya terletak pada kesulitan fisik atau jarak yang ditempuh, tetapi juga pada kedalaman hati dan kesungguhan dalam mengingat Allah.
Amalan ini mengajarkan kita tentang kekuatan kesederhanaan dan konsistensi. Melalui dzikir, kita memperkuat ikatan batin dengan Sang Pencipta, menemukan kedamaian dalam keheningan pagi, dan membangun fondasi spiritual yang kokoh.
Dalam kehidupan yang penuh dengan hiruk-pikuk, dzikir setelah salat Subuh menjadi oase ketenangan yang mengingatkan kita akan tujuan sejati hidup: mendekatkan diri kepada Allah.
Ketika kita merenungkan kata-kata Anas Radhiyallahu ‘anhu dan hadits dari Tadzkirah al-Maudhu’at, kita menyadari bahwa kebaikan tidak selalu bersinar di permukaan. Sebuah amalan sederhana seperti dzikir pagi hari bisa menjadi kunci untuk membuka pintu ke surga yang luas.
Dalam kehidupan ini, seringkali hal-hal kecil yang kita lakukan dengan tulus dan konsisten yang mendatangkan keberkahan yang besar. Tak hanya itu, amalan ini juga mengajarkan tentang pentingnya berbagi kebaikan.
Saat kita merasakan manisnya berdzikir setelah salat Subuh, marilah kita sebarkan kebaikan ini kepada sesama. Ajaklah orang lain untuk berpartisipasi dalam amalan yang penuh berkah ini, sehingga berlipat-lipat kebaikan yang tercipta dari satu amalan sederhana.
Dalam kesederhanaan dzikir pagi hari, kita menemukan keajaiban yang besar. Ia bukan hanya sekadar rangkaian kata-kata, tetapi sebuah jalan menuju kebahagiaan sejati.
Mari kita renungkan dan amalkan dengan penuh kesungguhan, karena di dalamnya terdapat kehidupan yang lebih berarti dan kebahagiaan yang kekal.*/adm