Kepemimpinan Dalam Perspektif Sistimatika Wahyu – (Disadur dari pemaparan Ustadz Dr. Ir. H. Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar, M.Si dalam Konsolidasi dan Upgrading Pengurus Harian DPD dan Kampus Madya Hidayatullah se- Sulawesi Barat via zoom)
Ulama Hidayatullah biasa menggunakan istilah Imamah Jamaah, kita para kader memaknai istilah ini sebagai kepemimpinan ukhuwah. Hal itu dimaksudkan untuk membedakan dengan konsep kepemimpinan yang tidak berdasar pada Wahyu atau Al Qur’an dan sunnah.
Kepemimpinan ukhuwah adalah cara mengarahkan orang kembali ke jalan Allah, itu agenda utamanya.
Begitu pula Kepemimpinan Hidayatullah pada dasarnya tidak bisa memisahkan dari manhaj sistimatika wahyu, sebagaimana sistimatika wahyu tidak bisa berjalan tanpa kepemimpinan.
Sehingga kalau saya ditanya -walaupun ini tidak resmi- sejak kapan ada kepemimpinan pada masa Rasulullah? Jawabnya, iya, sejak turunnya surah Al Alaq. Di sana sudah ada proses perintah dan melaksanakan atau meneruskan ke istrinya lalu menyebar ke para sahabat untuk dikaji. Sehingga terbangunlah sistim masyarakat Islam di Madinah saat itu.
Kepemimpinan Nubuwwah dan Sistimatika Wahyu
Kepemimpinan Dalam Perspektif Sistimatika Wahyu adalah Kepemimpinan Nubuwah dengan sistim Imamah Jamaah. Yaitu, kepemimpinan yang tugas utamanya adalah senantiasa mengarahkan manusia ke jalan Allah.
Sehingga contoh tunggal kepemimpinan ini hanya dari Rasulullah Saw. Kedua, beliau adalah figur pemimpin yang merasa kuat baginya untuk bisa menyelesaikan masalah rakyatnya. Jiwa lembutnya dan penuh kasih sayang inilah adalah Rahmat dari Allah ta’ala.
Maka sungguh sangat tidak patut jika kemudian ada pemimpin (hari ini) yang berkata kasar. Kemudian semena-mena terhadap orang yang dipimpinnya. Karena kepemimpinan itu adalah identik dengan memaafkan orang. Semua diajak diskusi untuk upaya kedekatan antar personal dan itu adalah salah satu prinsip kepemimpinan.
Bagaimanapun kondisinya kita harus bisa menerjemahkan ke dalam organisasi Hidayatullah. Begitu pentingnya kepemimpinan dalam organisasi, sampai-sampai Umar bin Khattab sang Khalifah menyebutkan, bahwa tidak ada Islam tanpa jamaah, seterusnya tidak ada jamaah tanpa kepemimpinan dan tidak ada kepemimpinan tanpa ketaatan. Juga adalah tidak ada ketaatan tanpa baiat.*/bash