HIDAYATULLAHSULBAR.COM – Mamuju. Dalam kesempatan lailatul ijtima yang dikordinir ketua departemen Perkaderan dan Bina Anggota DPW Hidayatulah Sulawesi Barat, Najamuddin, M.Pd. sinergi program dengan DMW Hidayatullah Sulbar dijadikan wahana peningkatan spirit para kadernya.
Kali ini dilakukan di kampus II Hidayatullah Mamuju dusun Salutalawar desa Tadui, meski menurut Najamuddin, idealnya kegiatan tersebut ditempatkan di masjid atau wahana luar kampus Hidayatullah.
Seperti malam bina iman dan taqwa atau mabit pada umumnya, peserta adalah semua warga dan kader Hidayatullah Mamuju.
Dari berbagai profesi dan jabatan seluruh peserta berduyun duyun memadati kampus II, beberapa datang dengan anggota keluarga nampak juga hadir remaja binaan beramai ramai pawai dengan sepeda motornya.
Selama waktu dua hari tersebut para senior lembaga dan perintis Hidayatullah Mamuju di antaraya Abdurrahman Hasan, S.Pd.I dan Ihsan, M.Pd. secara bergantian diberikan kesempatan memberikan wejangan dan pengalamannya agar menjadi penyemangat bagi generasi pelanjutnya sekarang.
Dan sekira duaratusan peserta meramaikan kegiatan bulanan itu, rangkaian acara dimulai dari tahajjud berjamaah yang diimami oleh ustadz Abdullah Qahar, Lc. Dilanjutkan dengan sholat shubuh di tempat yang sama. Bada sholat shubuh dilanjutkan tausiah ustadz lajang jebolan perguruan tinggi Sudan tersebut.
Sehingga pada Sabtu – Ahad (26-27/2) acara semakin menghangat dengan pemaparan Drs. KH. Anwari Hambali, anggota murabbi nasional Hidayatullah.
Event terebut juga diviralkan melalui media ini, live di fanpage Pondok Pesantren Hidayatullah Mamuju yang demulai dengan introdusir hal hal yang sering dibincangkan yakni santri atau kader yang professional dan prophetic.
Model figur yang terus berlatih hingga menjadi ahli dan latihan itulah pemaknaan dari perintah dalam wahyu pertama yang turun yakni “iqra’” atau bacalah!.
“Karena dengan membaca/mempelajari kita akan professional di bidangnya, sedangkan professional saja kalau tidak prophetic tidak cukup” ujarnya.
Dijelaskan, prophetic ke dalam istilah keseharian adalah kenabian atau sesuatu yang sudah dicontohkan oleh nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam.
Lebih tepatnya, professional atau ahli yang tidak membawa nama Tuhan sama dengan arogan, dicontohkan Qarun, umatnya nabi Musa yang memiliki kekuasaan dan kekayaan tapi digunakan dengan semena mena.
Ditekankan kembali kepada yang hadir di masjid Jabal Nur dan pemirsa di dunia maya akan pentingnya mempelajari sejarah nabi Muhammad SAW.
Bagaimana akhlak mulia beliau terasmuk kepada orang yang bukan muslim dan bahkan memusuhinya, kuat hatinya untuk mencerahkan mereka dari bujuk rayu syaitan yang akan membawanya ke neraka kelak. Dan mendermakan hidupnya untuk mengajak berbuat baik kepada semua orang melalui Islam ini. (bash)