Apakah Kita Pejuang atau Pecundang? Catatan Kecil dalam Halaqah Kubra Sulawesi Barat

HidayatullahSulbar.Com, Mamuju – Menggali makna perjuangan, ketaatan, dan urgensi halaqah dalam tarbiyah dan dakwah, halaqah kubra kader Hidayatullah se-Sulawesi Barat yang berlangsung pada 22-24 November 2024 menjadi ajang refleksi mendalam bagi seluruh kader.

Dengan tema “Urgensi Halaqah dalam Tarbiyah dan Dakwah”, acara ini menghadirkan beragam pembahasan penting yang menekankan peran kader sebagai ujung tombak dakwah Islam. Para pembicara menyampaikan materi yang mendalam dan menggugah kesadaran, mengingatkan setiap kader akan tugas besar dalam tarbiyah dan perjuangan dakwah. Berikut adalah catatan utama dari halaqah ini:

Ayo Berkontribusi, Bersama Wujudkan Misi Dakwah Besar!

Apakah Kita Pejuang atau Pecundang?

Materi ini dibuka oleh Ustadz Drs. H. Mardhatillah selaku Ketua DPW Hidayatullah Sulawesi Barat. Beliau menyoroti pentingnya memahami posisi kader dalam barisan perjuangan dakwah. Dengan tegas beliau menyampaikan, “Apakah kita pejuang atau pecundang?” Pernyataan ini berulang kali diucapkan untuk mengingatkan bahwa nilai seorang kader terletak pada ketaatannya kepada Allah, Rasul-Nya, dan pemimpin.

Beliau menjelaskan bahwa ketaatan merupakan bagian dari jati diri kader Hidayatullah, sebagaimana tercantum dalam firman Allah:

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa: 59)

Kader yang taat adalah mereka yang berkomitmen menjalankan arahan kepemimpinan dalam koridor syariat. Hal ini mencerminkan bahwa ketaatan adalah wujud ibadah dan bagian dari loyalitas terhadap perjuangan menegakkan Islam.

Beliau juga mengingatkan bahwa seorang kader sejati harus siap berkorban, disiplin, dan konsisten dalam amal jama’i. Jangan sampai seorang kader hanya menjadi penonton, sementara tugas dakwah memanggil.

Shalat Lail: Indikator Kader Pejuang

Ustadz Drs. Muhammad Na’im, Ketua DMW Hidayatullah Sulawesi Barat, menekankan pentingnya shalat lail sebagai indikator utama dari keseriusan seorang kader dalam perjuangan ini. Beliau menjelaskan bahwa shalat lail bukan hanya ibadah sunah, tetapi merupakan kekuatan ruhiyah yang harus dimiliki oleh setiap kader.

Beliau mengutip firman Allah:

“Dan pada sebagian malam, bertahajudlah sebagai tambahan ibadah bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra: 79)

Shalat malam menjadi kebiasaan orang-orang saleh dan salah satu jalan untuk menguatkan iman, menghapus dosa, dan menjauhkan diri dari maksiat. Seorang kader yang serius dalam perjuangan dakwah tidak akan meninggalkan qiyamul lail, karena itulah sumber kekuatan untuk menghadapi tantangan dakwah yang berat.

Menegakkan Shalat adalah Menegakkan Dakwah

Dalam sambutannya secara daring, Ustadz Muhammad Shaleh Usman, M.Kom, Ketua Departemen Perkaderan DPP Hidayatullah, mengingatkan bahwa menegakkan shalat tidak hanya berarti melaksanakan kewajiban ritual semata, tetapi juga mencerminkan komitmen penuh dalam kehidupan seorang kader.

Beliau menyatakan bahwa kader yang sesungguhnya menegakkan shalat adalah mereka yang menjadikan seluruh kehidupannya untuk berdakwah dan berjuang menegakkan kalimat Allah yang tertinggi (li ilaa kalimatillah hiyal ulya).

Hal ini merujuk pada firman Allah:

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)

Shalat yang benar akan membentuk karakter kader yang kokoh dalam menjalani kehidupan dakwah. Aktivitas harian mereka didedikasikan untuk membela Islam, baik melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan.

Manfaat Halaqah dalam Tarbiyah dan Dakwah

Materi mengenai urgensi halaqah dalam tarbiyah dan dakwah disampaikan oleh Ustadz Abdurrahman Hasan, S.Pd.I, anggota DMW Hidayatullah Sulawesi Barat. Beliau menegaskan bahwa halaqah adalah bagian penting dari sistem tarbiyah Hidayatullah.

Beberapa manfaat utama halaqah dalam dakwah dan tarbiyah adalah:

Meningkatkan kualitas ruhiyah: Halaqah membantu kader menjaga hubungan spiritual dengan Allah.
Memperkuat ukhuwah: Halaqah menciptakan ikatan persaudaraan yang kokoh.
Menambah wawasan Islam: Menjadi sarana pembelajaran untuk memperdalam ilmu agama.
Melatih kepemimpinan: Halaqah adalah tempat kader belajar menjadi pemimpin yang tangguh.
Memupuk amal jama’i: Membiasakan kerja kolektif dalam menjalankan dakwah.
Beliau juga menekankan pentingnya halaqah dalam menjaga kesatuan visi dan misi perjuangan kader Hidayatullah.

Kunci Menghindari Maksiat

Materi terakhir disampaikan oleh Ustadz Muhajirin, anggota DMW Hidayatullah Sulawesi Barat. Beliau menjelaskan empat sifat utama yang harus dimiliki kader untuk terhindar dari maksiat:

Raja’ (Berharap): Dengan selalu berharap kepada rahmat Allah, kader memiliki motivasi untuk istiqamah dalam kebaikan.
Khasyyah (Takut): Rasa takut kepada Allah menjadikan kader berhati-hati dalam setiap langkah, menjauhi perbuatan dosa.
Khusyuk: Kekhusyukan dalam shalat dan ibadah membangun kesadaran penuh terhadap kehadiran Allah.
Haya’ (Malu): Malu kepada Allah menjadi tameng yang kuat dari maksiat dan perbuatan buruk.
Keempat sifat ini bersumber dari pemahaman mendalam terhadap Al-Qur’an dan sunnah, serta menjadi karakter yang harus tertanam dalam diri setiap kader.

Kesimpulan

Halaqah Kubra ini menjadi refleksi penting bagi setiap kader untuk mengevaluasi diri: Apakah kita termasuk pejuang atau pecundang? Dengan ketaatan, kekuatan ruhiyah melalui shalat lail, dan komitmen dalam tarbiyah, kader Hidayatullah siap menegakkan dakwah Islam.

Mari teruskan perjuangan ini dengan penuh semangat dan keikhlasan. Apakah Anda siap menjadi pejuang sejati? /*massi

×