HIDAYATULLAHSULBAR.COM, Hikmah -Namanya Muslih, bagus kan? Sayang nasibnya tidak sebagus namanya saat itu.Malam itu kutemukan dia di pinggir jalan di tengah kota Bojonogoro sekitar tahun 2004 lalu.
Bertubuh dekil, dengan pakaian lusuh.Rambutnyapun tampak tidak tersentuh air beberapa hari. Kaki dan tangannya nampak ada beberapa koreng yang menempel. Ada yang mengatakan anak yang kena koreng atau kudis ini adalah anak DIGDOYO sinonim dari gudig sedoyo ( koreng semua ).
Kusapa dan kutanya dia. Rupanya meski penampilannya seperti itu, ia lancar menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Ngakunya, dia berasal dari sebuah desa di wilayah kecamatan Malo sekitar duapuluh kilometer arah barat daya kota Bojonegoro.
Dia tidak punya bapak, ibu dan adiknya sudah mati.Tinggal bersama Pak De nya. Karena sudah tigabelas tahun, aku lupa alasan apa saat itu kenapa dia meninggalkan rumahnya.Tumbuh rasa iba melihat kondisinya saat itu.
Karena selama itu aku berkecimpung di lembaga sosial, tanpa pikir panjang kuajak dia pulang ke rumahku, yang saat itu masih kontrak. Aku belum berfikir mau aku kembalikan pulang kerumahnya, aku ajak sebagai anak asuh atau aku masukkan ke lembaga Hidayatullah tempatku berkiprah. Pokoknya biarlah dia kuajak ke rumah dulu.
Di rumah, istriku bisa menerima kedatangan anak ini. Rupanya meski dekil, anak ini tutur katanya sering menimbulkan kelucuan. Kusuruh mandi, alhamdulillah mau.
Pagi harinya akhirnya kami mengambil keputusan, anak ini harus dikembalikan ke rumahnya. Karena ia mempunyai rumah dan keluarga. Namun apa yang terjadi? Anak ini tidak mau pulang ke rumah, bahkan dirayu-rayupun ia tidak mau. Akhirnya aku menyerah, ya sudah barangkali ada cara lain.
Tentu aku tidak mau kalah dengan pendiriannya, akhirnya kuputuskan untuk mendatangi keluarganya, agar berkenan menjemput pulang anak ini.
Akhirnya ketemu juga rumah Pak De nya si Muslih ini, setelah bertanya pada beberapa orang. Rupanya dia cukup dikenal di kampungnya. Dia kenal sebagai anak NAKAL, begitu penduduk desa setempat menyebutnya.
Sering minta-minta, bikin ulah dan kerap mencuri. Mendengar keterangan penduduk, alasan mengembalikan pada keluarganya sepertinya semakin membenarkan keputusan.
Dari pertemuanku dengan penduduk, akhirnya banyak terkorek cerita bagaimana latar belakang Muslih dan keluarganya. Muslih yang kutemukan ternyata terlahir dari bapak yang tidak jelas, artinya lahir diluar pernikahan. Termasuk adiknya yang sudah mati. Dan ternyata sesuai apa yang dikatakan oleh Muslih, ibunya juga sudah mati.
Bagaimana dengan Pak De yang diikuti Muslih selama ini? Dia sudah merasa lelah dengan semua yang telah terjadi, dengan kelakuan ibunya Muslih ketika masih hidup, ditambah dengan tingkah Muslih selama ini.
Pak De nya serasa masa bodoh ketika kusampaikan bahwa Muslih keponakaannya berada di rumahku.Dia tidak mengiyakan atau mentidakkan untuk menjemput ponakaannya itu. Tapi akhirnya aku bisa menyimpulkan, bahwa Pak De nya tidak bersedia untuk menjemput.
Sementara masih kubiarkan Muslih tinggal bersama keluargaku. Kejengkelan-kejengkelan mulai aku rasakan, meski kelucuan-kelucuan dan keanehan juga muncul.Seperti suatu saat dia ucapkan pada istriku,” Nanti Muslih akan cari uang yang banyak, dan umi nanti saya kasih yang banyak.juga.”
“Deg,” Perasaanku.Uang dari mana pula? Jangan-jangan nanti dia mencuri, seperti yang pernah diceritakan tetangganya saat itu.Atau jangan-jangan dia akan meminta-minta, dan hasilnya akan diserahkan padaku.” Wah bahaya, bisa memalukan nanti,” pikirku saat itu.
Sesuatu yang aku kawatirkan benar-benar terjadi.Meski bukan uang, dia pulang ke rumah dengan membawa makanan. Dia dapatkan dikasih orang begitu ceritanya.Dan tidak sekali hari berikutnya juga begitu lagi.
Aku menjadi tidak enak dengan ulah Muslih kali ini, dan kekawatiran itu bertambah.
Alhamdulillah, bak datang malaikat penolong hari itu.Kakakku dan suaminya datang ke rumahku.Karena hari itu Muslih ada, bertemu juga kedua kakakku yang saat itu menjadi pengasuh Panti Asuhan Aisyiyah Sumberrejo dengannya. Saat itu kecuritakan dari alif sampai yak tentang Muslih.
Rupanya muncul empati dari kedua kakakku.Saai itu justru kakakku meminta untuk mengasuhnya di Panti Aisyiyah Sumberrejo. Karena ini sebuah kebaikan, tentu saja aku mengiyakan.
Rasa senang ada dihatiku, bukan semata-mata sudah terbebas dari apa yang jadi pikiranku, namun aku yakin Muslih berada di tempat yang tepat. Tempat yang lebih baik, dalam pengasuhan yang terbina. Rasa syukurku bertambah, Muslih juga sudah disekolahkan di MI Muhammadiyah di Sumberrejo.
Allah ya kariim, kabar tidap sedap.akhirnya sampai juga ke telingaku.Muslih sering membuat ulah yang menjengkelkan baik di panti maupun di sekolah. Saat diingatkan guru sekolahnya ketika bikin ulah disekolah, dia malah naik di atas bangku seraya menantang.Puncaknya pihak sekolah sudah tidak sanggup menghadapi ulah Muslih selama itu.
Hingga akhirnya, kakakku memberitahu bahwa Muslih sudah tidak ada di Panti Aisyiyah.Dia sudah dipindah di Pondok Pesantren di Kecamatan Turi Lamongan.Sebuah pondok pesantren yang terkenal sebagai lembaga sosial yang menangani anak-anak spesial seperti Muslih.
Hari berganti hari, bulanpun ikut berganti.Bagai mendapat siraman air embun, kali ini berita yang kuterima amat menyejukkan. Muslih telah berubah! Kabarnya dia rajin beribadah, selalu taat dengan arahan dan perintah pengasuh-pengasuhnya.Bahkan dia menjadi santri kesayangan Bu Nyai.Dia telah dianggap sebagai bagian keluarga pondok pesantren.Tentu saja mendengar berita ini aku teramat senang.
Rupanya langit tidak selamanya biru, adakalanya tertutup awan putih dan adakalanya berawan hitam pekat.Kabar duka datang dari Lamongan.Muslih meninggal.Innalillahi wainnailaihi roojiuun.
Muslih meninggal tenggelam, saat dia mandi di sungai.Salah satu kematian yang dikatagorikan mati syahid dalam sebuah hadits.Kematian yang datang saat dia berada dalam menuntut ilmu.Kematian yang amat mulia.
Dimakamkan di manakah Muslih? Jasad Muslih tidak dibawa ke kampungnya di Bojonegoro.Tidak! Muslih di makamkan di makam keluarga pondok pesantren.Berjajar dengan makam-makam para ustadz⁷ para kyai pendiri Pesantren.
Tidak hanya keluarga pesantren berduka, bahkan keluarga besar Panti Aisyiyah Sumberrejo turut berduka.Pengurus Panti, Aisyiyah dan Muhammadiyah rombongan beberapa mobil datang ke Turi Lamongan turut melepas kepergian Muslih selamanya.
Oleh : Kak Rubi