HIDAYATULLAHSULBAR.COM, Mamuju – Dalam kesempatan pengajian bulanan warga Hidayatullah Mamuju pada Jumat (30/9/2022) lalu, ketua DPW Hidayatullah Sulawesi Barat menekankan agar semua kader khususnya para daiyahnya tegar seperti figur Siti Hajar.
Istri nabi Ibarahim itu, sebagaimana mengutip dari Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, ketia diajak ke padang pasir tandus bersama Ismail kecil tidak abai apalagi menolak.
Disebutkan oleh ustadz Mardhatillah bahwa ia melihat langsung kondisi tanah Arab ketika melaksanakan ibadah haji pada tahun ini, khususnya tempat seputar kejadian tersebut berupa gurun tandus dan panas yakni antara bukit Shofa dan bukit Marwa.
Siti Hajar bertanya tanya, mengapa suaminya meninggalkan dia dan Ismail anaknya yang masih kecil itu di padang pasir yang seperti tidak punya prospek untuk bertahan hidup apalagi berkembang.
“Siti Hajar mengikuti Ibrahim yang hendak pergi dan tanya, hendak kemana engkau apakah akan meninggalka kami tanpa seorangpun di sini dan tidak ada makanan sama sekali?” kisahnya.
Padahal, menurutnya, pertanyaan itu berulang ulang disampaikan Siti Hajar tapi Nabi Ibrahim tidak menoleh dan tidak pula menjawab, hingga Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim apakah ini adalah perintah Allah kepadanya, Nabi Ibrahim menjawab, “Ya” Hajar kemudian berkata, “Jika demikian, Allah tidak akan menyia nyiakan kami” Setelah itu Hajar diam tidak bertanya lagi.
Tausiah di hadapan seluruh staf, guru dan karyawan Yayasan Pendidikan Cerdas Mandiri (YPCM) Hidayatullah Mamuju itu disampaikan dengan berapi api, dengan suara yang bertenaga membahana ke seantero ruangan masjid Al-Walidain seolah ingin menegaskan tirulah keteguhan Siti Hajar dalam mendampingi suami bertugas di manapun.
Ibrahim, lanjutnya, terus pergi hingga ketika beliau sampai di tsaniyah, yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang, beliau segera menghadap kan wajahnya ke Baitullah.
Sebagaimana juga yang tertera dalam Al -Quran pada surah Ibrahim ayat ke-37 disebutkan yang artinya sebagai berikut; “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekillah mereka dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur “.
Lebih jauh Drs. Mardhatillah yang juga Pembina YPCM menegaskan, “Sungguh sebuah pelajaran besar tentang kesabaran dan ketaatan seorang istri yang mendampingi bertugas suaminya tanpa mengajukan syarat apapun”.
Hal itu ia perkuat dalam pengajian yang dilakukan rutin sebulan sekali itu, mengingat loyalitas kader dalam bertugas sangat butuh dukungan dari istri sebagai orang yang hidup selama 24 jam dalam sehari semalam.
Namun demikian, sebagai kader juga dituntut memiliki skill dalam menjalankan tugasnya agar capaian utama di organisasi terpenuhi secara profesional dan kehidupan pribadinya termandirikan.
Pada akhir tausiahnya dikatakan, “Berinisiatiflah seperti ikhtiyarnya Siti Hajar yang mencari sumber air dengan berlari lari kecil dari bukit Shofa dan bukit Marwa meskipun ternyata Allah menolongnya jua lewat gerakan kecilnya Ismail yang lemah lalu dengan izin Allah, muncullah sumber air Zam Zam yang penuh berkah itu” (bash)